SUNYI YANG BERBICARA
August 7th,2006.15:19
Apakah semua yang aku lakukan adalah karena sebatas pengharapan?
…
Bagian Pertama:
Bawa aku pada ketinggian yang tidak terlihat mata
Pada bingkai kebebasan, kita pertengkarkan, kita hempaskan
Dan aku bertanya, kenapa langit semakin tinggi dari pada dahulu? Hanya untukku?
Kembang gula masih terasa manis
Pun Dandaleon seringan angin menembus waktu
(adakah bekas nyata jejakku dalam gurauan senyummu dan guratan lukamu?)
Atau semua sudah menjadi abu?
Musim, musim lagi, kembali kemusim lagi
Suatu hari nanti, aku akan menjadi bayangan yang berlari ditengah
Terang……
August 23rd,2006.18:16
Bagian Kedua:
Kabut Masa Lalu.
Ada seringai takut bila tersapa hati, untuk terasa.
Kepercayaan yang membeku
Takut salah mengerti apa yang kusebut cinta dan duri
Mengikatnya erat-erat dalam bayanganku, jangan terbang
Akan terlihat orang yang tidak paham. Terbilang hitam dalam semua
Ayat-ayat Tuhan.
…
Aku katakan tentang dinding, tentang jaring
“retakkah?”
Waktu. Retakkah?
Begitu sepi,
Hanya bayangan bidadari. Peri.
Menghitam dalam bayangku, terikat atas nama kesucian Tuhan
…
Takut salah mengerti apa yang kusebut cinta dan duri
Aku buat dinding, merangkai jaring
“retakkah?”
August 30th,2006.17:10
Bagian Ketiga
Melipat sesosok angan yang terpenjara dalam kitab maha kuasa
Menyimpan pada sudut sunyi
Dilangit , dilaut, diudara
Bukankah semau itu luas?
Mungkin memang tidak diberi tempat melipat sosok yang sudah terpenjara dalam
Kitab.
Hilangkan sesosok angan, Tuhan…
Sebuah permintaan untuk hal yang telah Kau tuliskan
Sept 2nd,2006.17:59
Bagian Keempat:
Kelabu Biru
Saya…berjalan dengan mimpi saya dikejauhan yang tidak terkejar mata
Saya menjadi kelabu dengan sentuhan biru di serambi dunia saya anggap kelabu
Saya hanyalah saya, dari jendela langit yang penuh cahaya sampai pintu malam
Yang sesak hitam
Dengan mimpi kejauhan yang tidak terkejar mata. Saya…saya, bertanya
“titik disudut mana bagian saya?”
Untuk bisa terbaca…
Monday 8 October 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment