Lima
Sepuluh
Atau mungkin lima belas tahun lagi
Surat ini ‘kan sampai di tanganmu
Ah..terlambat
Satu dasa warsa
Kamu melenggang di dalam duniamu sendiri
Masihkah aku merajai fikiranmu?
Dulu
Kutawarkan seperangkat alat sholat terbayar tunai
Kamu jawab dengan kepergianmu esok hari
Aku waktu itu
Bagai lelaki tak berharga diri lelaki
Kemana harus kusembunyikan rasa malu
Cuma..
Dewasaku menuntun hati
Berharap
‘Kamu pasti kembali’
Ah..terlambat
Perempuanku
Dengarkan permintaanku kali ini
Surat ini
Kutulis dengan nafas terakhir yang tersisa
Dengan segenap kerinduan yang membuncah dari dada
Dengan segenap kebencian yang terlahir dari perpisahan kita
Aku…
Aku marah
Aku kesal
Bukalah hati ini
Pasti yang kamu temui adalah bongkahan perasaan yang membatu oleh rasa benciku padamu
Mengapa kisah cinta kita terhenti sepuluh tahun lalu?
Kenapa kamu lebih memilih menukarkan pernikahan kita dengan ambisi?
Ah kasihku
Kuharap
Aku masih berhak
Menuntut itu semua darimu
Tahukah kamu
Makin hari
Cintaku sedalam lautan
Makin hari
Aku sesak oleh penantian
Penuh…
Hatiku penuh olehmu
Kasihku…
Dimanakah kamu kini sekarang?
Ah.. terlambat
Seperti laron
Tinggal sepasang sayap
Ketika kamu kembali
Kamu hanya akan menemukan namaku
Aku telah pergi
Jauh…
Tanpa cintamu
Tanpa pernikahan kita
Hanya sesal
Penyesalan itu…
Monday 8 October 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment