Monday 8 October 2007

Lima

Sepuluh

Atau mungkin lima belas tahun lagi

Surat ini ‘kan sampai di tanganmu

Ah..terlambat

Satu dasa warsa

Kamu melenggang di dalam duniamu sendiri

Masihkah aku merajai fikiranmu?

Dulu

Kutawarkan seperangkat alat sholat terbayar tunai

Kamu jawab dengan kepergianmu esok hari

Aku waktu itu

Bagai lelaki tak berharga diri lelaki

Kemana harus kusembunyikan rasa malu

Cuma..

Dewasaku menuntun hati

Berharap

‘Kamu pasti kembali’

Ah..terlambat

Perempuanku

Dengarkan permintaanku kali ini

Surat ini

Kutulis dengan nafas terakhir yang tersisa

Dengan segenap kerinduan yang membuncah dari dada

Dengan segenap kebencian yang terlahir dari perpisahan kita

Aku…

Aku marah

Aku kesal

Bukalah hati ini

Pasti yang kamu temui adalah bongkahan perasaan yang membatu oleh rasa benciku padamu

Mengapa kisah cinta kita terhenti sepuluh tahun lalu?

Kenapa kamu lebih memilih menukarkan pernikahan kita dengan ambisi?

Ah kasihku

Kuharap

Aku masih berhak

Menuntut itu semua darimu

Tahukah kamu

Makin hari

Cintaku sedalam lautan

Makin hari

Aku sesak oleh penantian

Penuh…

Hatiku penuh olehmu

Kasihku…

Dimanakah kamu kini sekarang?

Ah.. terlambat

Seperti laron

Tinggal sepasang sayap

Ketika kamu kembali

Kamu hanya akan menemukan namaku

Aku telah pergi

Jauh…

Tanpa cintamu

Tanpa pernikahan kita

Hanya sesal

Penyesalan itu…

No comments: